Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemberontakan APRA, Andi Aziz, dan RMS.

 Pemberontakan APRA, Andi Aziz, dan RMS.


    Selain konflik atau pemberontakan yang berkaitan dengan ideologi. Konflik yang berkaitan dengan kepentingan juga merupakan salah satu latar belakang yang menyebabkan terjadinya pemberontakan seperti pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), Andi Aziz, dan RMS (Republik Maluku Selatan). Berikut mengenai penjelasan pemberontakan lebih detail.

  •     Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil).

    Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA dibentuk oleh kapten Raymond Westerling pada tahun 1949. Ini adalah milisi bersenjata yang anggota-anggotanya berasal dari tentara Belanda yaitu KNIL, yang tidak setuju dengan pemebntukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat yang saat itu masih berbentuk negara bagian Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa Barat adalah Divisi Siliwangi.

Baca juga : G30S/PKI 1965.

    APRA ingin agar keberadaan negara Pasundan dipertahankan sekaligus menjadikan mereka sebagai tentara negara federal di Jawa Barat. Karena itu, pada Januari 1950 Westerling mengultimatum pemerintah Republik Indonesia Serikat. Ultimatum ini segera dijawab Perdana Menteri Hatta dengan memerintahkan pasukan untuk melakukan penangkapan terhadap Westerling.

    Namun, APRA malah bergerak menyerbu kota Bandung secara mendadak dan melakukan tindakan teror. Puluhan anggota APRIS gugur. Diketahui pula APRA bermaksud menyerang Jakarta dan ingin membunuh beberapa pejabat penting seperti Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX dan Kepala APRIS Kolonel T.B. Simatupang. Namun semua rencana itu berhasil digagalkan oleh pemerintah dan Westerling kemudian melarikan diri ke Belanda.

  • Peristiwa Andi Aziz.

    Seperti halnya pemberontakan APRA di Bandung, peristiwa Andi Aziz berawal dari tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL (tentara pasukan belanda di Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di Negara Indonesia Timur (NIT).

    Namun, pemerintah tidak menghiraukan hal tersebut dan akhirnya tentara Indonesia benar-benar didatangkan ke Sulawesi Selatan dengan tujuan pemeliharaan keamanan, hal ini menyulut ketidakpuasan di kalangan pasukan Andi Aziz. Ada kekhawatiran dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka akan diperlakukan secara diskriminatif oleh pimpinan APRI/TNI.

    Pasukan KNIL dibawah pimpinan Andi Aziz ini kemudian bereaksi dengan menduduki beberapa tempat penting, bahkan menawan Panglima Teritorium (wilayah) Indonesia Timur. Pemerintah pun bertindak tegas dengan mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang.


    Pada bulan April 1950, pemerintah memerintahkan Andi Aziz agar melapor ke Jakarta akibat peristiwa tersebut, dan menarik pasukannya dari tempat-tempat yang telah didudukinya, menyerahkan senjata, serta membebaskan tawanan yang telah mereka tangkap. Tenggat waktu melapor adalah 4 x 24 jam. Namun, Andi Aziz terlambat melapor, sementara pasukannya masih melakukan pemberontakan. Andi Aziz pun segera ditangkap di Jakarta setibanya ia dari Makassar. Andi Aziz kemudian mengakui bahwa aksi yang dilakukannya dilatarbelakangi dari rasa tidak puas terhadap APRIS. Pasukannya yang memberontak berhasil ditumpas oleh tentara APRIS dibawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang.

  • Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS).

    Pemberontakan yang terjadi di Maluku Selatan pada bulan April 1950 dilakukan dengan tujuan ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia dan menggantinya dengan negara sendiri. Diproklamasikan oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur, Dr. Ch.R.S. Soumokil pada bulan April 1950, RMS didukung oleh mantan pasukan KNIL.

    Upaya penyelesaian secara damai awalnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia, dengan mengutus Dr. Leimena untuk berunding. Namun upaya ini terus mengalami kegagalan. Pemerintah pun segera melakukan tindakan tegas dengan melakukan operasi militer dibawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang.

    Kelebihan pasukan KNIL RMS adalah mereka memiliki kualifikasi sebagai pasukan komando. Konsentrasi kekuatan mereka berada di pulau Ambon dengan medan perbentengan alam yang kokoh. Bekas benteng pertahanan Jepang juga dimanfaatkan oleh pasukan RMS. Oleh karena medan yang berat sebelah ini, selama peristiwa perebutan pulau Ambon oleh TNI terjadi pertempuran frontal dan dahsyat dengan asling bertahan dan menyerang. 

    Meski kota Ambon sebagai Ibukota RMS berhasil direbut dan pemberontakan ini berhasil ditumpas, namun TNI kehilangan komandan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan Kolonel Soediarto yang gugur dalam pertempuran. Soumokil sendiri berhasil melarikan diri ke pulau Seram, namun akhirnya ia berhasil ditangkap tahun 1963 dan dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Militer.

    Demikian penjelasan mengenai Pemberontakan yang berkaitan dengan kepentingan. Jangan lupa komen apabila ada kalimat yang kurang dimengerti. Sekian dan terimakasih

Post a Comment for "Pemberontakan APRA, Andi Aziz, dan RMS."