Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemberontakan DI/TII di Aceh.

 Pemberontakan DI/TII di Aceh.


    Pemberontakan DI/TII di Aceh pecah pada tanggal 20 September 1953. Yang berawal dari ketidakpuasan seorang tokoh Ulama Aceh terhadap kebijakan pemerintah. Dimulai dengan pernyataan Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Deud Beureuh, yang menyatakan diri bahwa Aceh bergabung sebagai Negara Islam Indonesia (NII) dibawah kepemimpinan Kartosuwiryo.


    Deud Beureuh sendiri merupakan seorang pemimpin sipil, kepercayaan terhadap tuhan, dan militer di Aceh pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia ketika serangan militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menduduki semua aparat pemerintahan baik sipil maupun militer.

    Peranannya sebagai tokoh ulama membuat Deud Beureuh dengan mudah mendapatkan pengikut dan pendukung. Dalam persiapan melancarkan gerakan perlawanannya, Deud Beureuh telah berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Pada masa awal-awal setelah proklamasi NII Aceh dan pengikut-pengikutnya menguasai beberapa daerah penting di Aceh.

Latar Belakang DI/TII di Aceh.

    Gagasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII di Aceh ketika para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh kecewa atas peleburan provinsi Aceh kedalam provinsi Sumatra Utara yang beribukota di Medan. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa masyarakat Aceh ketika perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945-1950.

    Para ulama Aceh yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) menolak hal ini. Bagi mereka, pemerintah terlihat tidak menghargai perjuangan masyarakat Aceh yang telah berjuang membela Indonesia. Mereka menuntut agar Aceh memiliki otonomi sendiri dan mengancam akan bertindak bila tuntutan mereka tidak dipenuhi.


    Pemerintah pusat kemudian berupaya menempuh jalan damai dengan mengadakan pertemuan dengan pemimpin DI/TII di Aceh seperti Muhammad Hatta pada tahun 1950, Perdana Menteri Muhammad Natsir pada tahun 1951, bahkan Presiden Soekarno pada tahun 1953 datang ke Aceh untuk meredam gerakan pasukan Deud Beureuh. 


    Konflik antara pengikut Deud Beureuh dengan Tentara Republik Indonesia pun pecah dan terjadi kontak senjata selama beberapa tahun. Berbagai operasi dilakukan untuk menumpas pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Deud Beureuh, sebelum akhirnya pemerintah mengakomodasi dan menjadikan Aceh sebagai daerah istimewa pada tahun 1959. Tiga tahun setelah pengakuan tersebut, Deud Beureuh kembali dari pertempuran yang telah selesai. Ia kemudian menyerahkan diri dan diadili, namun pengadilan militer memberikannya pengampunan.

    DI/TII di Aceh merupakan salah satu konflik yang bergejolak karena kepentingan golongan atau daerah. Kebijakan pemerintah yang tidak sesuai menimbulkan rasa kekecewaan dan akhirnya memilih memberontak. Salah satu hal yang tidak boleh kalian lakukan ketika merasa kecewa.

    Demikian penjelasan mengenai Pemberontakan DI/TII di Aceh. Terimakasih telah mengunjungi blog saya. Jangan lupa Follow dan subscribe. 

Post a Comment for "Pemberontakan DI/TII di Aceh."