Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.

 Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.




    Pemberontakan DI/TII yang terjadi di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar. Dibandingkan dengan gerakan DI/TII lainnya, gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan relatif lebih kecil, dimana pemberontak tidak menguasai daerah yang luas dan pergerakan pasukan yang besar. Meski begitu, pemberontakan Ibnu Hajar belangsung cukup lama dan berlarut-larut hingga tahun 1963.

Latar Belakang DI/TII di Kalimantan Selatan.


    Timbulnya pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan ini sesungguhnya bisa ditelusuri hingga tahun 1948 saat Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV, sebagai pasukan utama Indonesia dalam menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan, telah tumbuh menjadi tentara yang kuat dan berpengaruh di wilayah tersebut. Namun, ketika penataan ketentaraan mulai di lakukan di Kalimantan Selatan oleh pemerintah pusat di Jawa, tidak sedikit anggota ALRI Divisi IV yang merasa kecewa karena diantara mereka ada yang harus didemobilisasi atau mendapatkan posisi yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Suasana mulai resah dan keamanan di Kalimantan Selatan mulai terganggu. Penangkapan-penangkapan terhadap mantan anggota ALRI Divisi IV terjadi. Salah satu alasannya adalah karena diantara mereka ada yang mencoba menghasut mantan anggota ALRI lainnya untuk ikut memberontak.


    Diantara para pembelot mantan anggota ALRI Divisi IV adalah Letnan Dua Ibnu Hajar. Dikenal sebagai figur yang berwatak keras, dengan cepat ia berhasil mengumpulkan pengikut, terutama dikalangan anggota ALRI Divisi IV yang merasa kecewa terhadap kebijakan pemerintah. Ibnu Hajar bahkan menamai pasukannya dengan nama Kesatuan Rakyat Indonesia yang Tertindas (KRIyT). Kerusuhan langsung terjadi, berbagai penyelesaian dengan jalan damai yang dilakukan oleh pemerintah  tidak membuahkan hasil yang positif.


    Akhir tahun 1954, Ibnu Hajar memilih bergabung dengan pemerintahan DI/TII Kartosuwiryo, yang menawarkan kepadanya jabatan dalam pemerintahan DI/TII sekaligus Panglima TII Kalimantan. Konflik dengan tentara Republik Indonesia pun terus berlangsung selama bertahun-tahun. Pada tahun 1963, Ibnu Hajar memilih menyerah, ia berharap mendapat pengampunan namun pengadilan militer menjatuhinya hukuman mati.


    Dengan begitu, berakhirlah Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Barat yang dilakukan oleh Ibnu Hajar akibat dari ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan Ibnu Hajar. Peristiwa ini memakan banyak korban jiwa dikedua belah pihak bahkan penduduk ikut menjadi korbannya.


    Demikian penjelasan mengenai Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan. Jangan lupa follow dan Subscribe untuk mendapatkan informasi terbaru. Sekian dan Terimakasih.

Post a Comment for "Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan."